Rwanda Tutup 4.000 Gereja, Ini Alasannya

Ilustrasi gereja/Foto: Pixabay

FAKTA BATAM – Rwanda pada bulan lalu telah menutup lebih dari 4.000 gereja karena tidak mematuhi regulasi kesehatan dan keselamatan, termasuk tidak memasang peredam suara pada bangunan.

Penutupan juga dialami kebanyakan gereja kecil Pantekosta dan sejumlah masjid yang sebagian beroperasi atau berada di dalam gua atau di tepian sungai.

Baca Juga: KPU Pastikan Debat Terbuka Digelar 3 Kali di Provinsi dan Kabupaten Kota Masing-masing

“Penutupan ini dilakukan bukan untuk menghalangi orang beribadah melainkan untuk memastikan keselamatan dan ketenangan jemaat,” kata Menteri Pemerintahan Daerah Jean Claude Musabyimana.

Ini adalah tindakan keras pertama sejak undang-undang yang mengatur penyebaran tempat ibadah disahkan lima tahun lalu.

UU mengharuskan tempat ibadah dikelola secara tertib dan di lingkungan yang selamat, serta tidak menggunakan pengeras suara berlebihan.

UU juga mengharuskan semua penceramah agama memiliki latar belakang pendidikan atau pelatihan keagamaan sebelum membuka sebuah gereja.

Ketika UU tersebut mulai diberlakukan pada 2018 sekitar 700 gereja ditutup.

Kala itu, Presiden Rwanda Paul Kagame mengatakan negara tidak membutuhkan banyak rumah ibadah. Memelihara rumah ibadah dalam jumlah banyak hanya cocok bagi negara dengan perekonomian yang lebih mapan karena biaya yang diperlukan tidak sedikit.

Operasi penutupan gereja yang tidak layak dilakukan oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan Rwanda Governance Board (RGB).

Pihak berwenang mengatakan tindakan keras dilakukan karena gereja sudah diberi waktu lima tahun untuk menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku.

Faktanya, sampai sekarang masih banyak gereja yang hanya merupakan bangunan tua dan reot serta kotor, kata pimpinan RGB Usta Kayitesi pada Jumat 2 Agustus 2024.

Sebagian gereja yang ditutup bahkan ada yang hanya berupa tenda, sehingga membahayakan keselamatan jemaat, kata Musabyimana.

Sejauh ini 4.223 tempat ibadah sudah ditutup, dengan 427 di antaranya berada di dalam gua, lapor situs berita swasta Igihe berbahasa lokal Kinyarwanda.

Sebagian besar penduduk Rwanda memeluk agama Kristen, tetapi banyak juga yang mempraktekkan aliran kepercayaan tradisional.

Baca Juga: Ini Sederet Manfaat Red Light Therapy untuk Kecantikan

Gereja Pantekosta di sana banyak dikelola oleh orang yang mengaku-ngaku dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan menunjukkan keajaiban. Gereja model semacam ini beberapa tahun terakhir semakin marak di kawasan Afrika, dan tidak jarang mengundang banyak kunjungan orang setiap Minggu.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *