FAKTA GROUP – Tawuran di kalangan remaja masih menjadi masalah sosial yang sulit diberantas. Meskipun banyak upaya pencegahan dilakukan, fenomena ini tetap terjadi di berbagai daerah.
Mengapa anak remaja begitu lekat dengan tawuran? Berikut beberapa faktor yang mempengaruhinya.
1. Pencarian Identitas dan Solidaritas Kelompok
Remaja berada dalam fase pencarian jati diri. Mereka ingin diterima dalam kelompok dan cenderung mengikuti norma kelompok tersebut, termasuk jika kelompoknya memiliki budaya kekerasan.
Tawuran sering kali dianggap sebagai bentuk loyalitas terhadap geng, sekolah, atau lingkungan tempat tinggal mereka.
2. Pengaruh Lingkungan dan Pola Asuh
Lingkungan sosial memiliki peran besar dalam membentuk perilaku remaja. Jika mereka tumbuh di lingkungan yang sering terjadi kekerasan, mereka bisa menganggap kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
Selain itu, pola asuh orang tua yang kurang memberikan perhatian, kontrol, atau justru menggunakan kekerasan dalam mendidik anak dapat memicu kecenderungan agresif pada remaja.
3. Minimnya Pendidikan Karakter
Sistem pendidikan di Indonesia masih fokus pada akademik dan sering kali kurang menanamkan pendidikan karakter secara mendalam.
Jika sekolah tidak memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan empati, pengendalian diri, dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan, mereka akan lebih mudah terbawa dalam tindakan anarkis.
4. Pengaruh Media dan Teknologi
Media sosial dan internet sering kali memperlihatkan kekerasan sebagai sesuatu yang keren atau membanggakan. Banyak remaja yang merekam aksi tawuran dan menyebarkannya di media sosial untuk mendapatkan pengakuan.
Selain itu, tayangan yang mengandung kekerasan di televisi, film, atau gim juga bisa menormalisasi perilaku agresif.
5. Dorongan Emosional dan Kurangnya Pengelolaan Diri
Remaja cenderung emosional dan impulsif karena perkembangan otak mereka belum sepenuhnya matang, terutama di bagian yang mengatur pengambilan keputusan.
Akibatnya, mereka lebih mudah terprovokasi untuk ikut dalam tindakan kekerasan tanpa mempertimbangkan dampaknya.
6. Kurangnya Aktivitas Positif
Banyak remaja yang tidak memiliki wadah untuk menyalurkan energi mereka secara positif. Kurangnya fasilitas olahraga, komunitas kreatif, atau kegiatan sosial di lingkungan mereka membuat tawuran menjadi salah satu bentuk pelampiasan.
Solusi untuk Mengatasi Tawuran Remaja
- Pendidikan karakter sejak dini, baik di sekolah maupun keluarga.
- Meningkatkan peran orang tua dalam mendidik dan mengawasi anak-anak mereka.
- Menyediakan kegiatan positif, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial.
- Penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku tawuran untuk memberikan efek jera.
- Mengubah budaya kekerasan menjadi budaya damai, misalnya dengan program mediasi antarsekolah yang sering bertikai.
Tawuran remaja bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sosial yang perlu ditangani secara komprehensif oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Jika tidak diatasi dengan serius, budaya kekerasan ini bisa terus berlanjut dan berdampak buruk bagi masa depan generasi muda.